BBM dan Politisi Mafia Berkeley

Diposting oleh Undercover 999 on Kamis, 20 Juni 2013

Oleh : Muhammad Dahrum, M. Pd             Tidak lama lagi kenaikan harga BBM betul-betul akan terjadi. Hal itu berdasarkan hasil voting pada senin malam (17/6). Jumlah yang pro RAPBN-P 2013 menang telak 338 suara, sedangkan yang kontra 181 suara. Dengan demikian artinya pemerintah bisa dengan leluasa menaikkan harga BBM. Meskipun kebijakan tersebut banyak terjadi penolakan, karena dapat memberikan efek buruk bagi kesejahteraan dengan bertambahnya beban hidup. Kenaikan harga BBM membu rakyat akan semakin menderita. Bukan hanya argumen rakyat jelata, ketua DPR Marzuki Ali juga mengatakan. Kenaikan harga BBM akan membuat masyarakat yang tadinya hampir miskin, dengan kenaikan akan menjadi miskin. Republika.co.id. (19/4/2013). Ditengah hidup yang serba sulit ini, baik karena kurangnya penghasilan maupun susahnya mencari pekerjaan. Ternyata ditambah dengan beban berat diatas kepala, berupa biaya hidup makin mahal karena harga melambung tinggi. BBM adalah salah satu komoditi yang berperan penting dalam proses produksi. Keberadaan komoditi yang satu ini sangat urgen untuk menggerakkan roda-roda perekonomian. Mulai dari mahal ongkos produksi sampai naiknya tarif transportasi dan semuanya bermuara pada biaya hidup yang serba tinggi atau inflasi. Politisi Mafia Berkeley Walaupun bakal terjadi inflasi, namun solusi yang diberikan pemerintah tetap pada ide semula yaitu menaikkan harga BBM. Seakan sudah tidak ada solusi lain. Daripada APBN bangkrut dalam menanggung beban subsidi katanya. Untuk kebutuhan vital rakyat diangap beban, sementara untuk kesejahteraan para tuan-tuan penguasa tidak pernah hitung-hitungan. Ada yang mengatakan bahwa kenaikan BBM boleh saja, asalkan uangnya digunakan untuk bangun jalan atau fasilitas lainnya. Hal ini seolah benar, tapi tunggu dulu jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Bukankah Negeri ini kaya sumber alam yang terbentang dari Aceh hingga Papua.? Bukan sekedar cerita penghibur untuk anak sebelum tidur, tapi ini fakta yang tidak bisa dipungkiri adanya. Hampir seluruh SDA Negeri bernama Indonesia dibawah bendera amerika dan negara lainnya. Itu artinya kita belumlah merdeka. Bidang ekonomi masih terjajah melalui tangan Mafia Berkeley penghianat bangsa. Jika diteliti lebih jauh ternyata penyebab mahalnya harga minyak adalah karena adanya peraturan, berupa UU migas. Swasta asing diperbolehkan melakukan aktivitas ekplorasi dan ekploitasi. Berupa usaha pada sektor hulu dan juga sektor hilirnya (pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penjualan). Hingga saat ini, 40 perusahan asing sudah memegang izin prinsip pendirian stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Masing-masing perusahaan memiliki hak mendirikan 20.000 SPBU. Menurut pengamat ekonomi UGM yokyakarta, Revrison Baswir: Itu artinya, sejumlah 800.000 SPBU milik asing akan menguasai Indonesia. Bayangkan nantinya seluruh kebutuhan minyak harus dibeli dari perusahan asing dan asing akan menguasai seluruh produksi Indonesia dari hulu ke hilir, termasuk warung-warung. Makanya’ SPBU miliki cevron, shell, Petronas, akan merajalela di Negeri ini. dari sini terlihat jelas, jika harga BBM dinaikkan, siapa yang dirugikan dan siapa sebaliknya yang dirugikan. (Suara Pembaruan, 18/6). Kontan saja swasta asing mendapat keuntungan besar ketika naiknya harga minyak mentah dunia. Siapa yang membuat peraturan tersebut? jawabannya tidak lain adalah para politisi yang ada di senayan. Konon katanya mereka berasal dari berbagai partai politik. Kenapa peraturan itu masih bercokol dan tidak segera dihapus sebagai upaya menghapus penjajahan, katanya Negeri ini anti penjajahan. Tapi kenapa keberadaan UU tersebut masih dipertahankan. Sebenarnya inilah yang menjadi akar persoalan dari carut marutnya pengelolaan SDA yang dilegalkan. Para politisi pragmatis tidak segan-segan untuk menjual apa yang bisa dijual, selagi jabatan masih disandang. Termasuk menjual UU demi mendapatkan segepok uang. Tidak mengherankan, akhirnya banyak para politisi yang harus berusan dengan KPK, bukan satu atau dua dan bukan sekedar politisi yang berstatus anggota biasa. Politisi Sejati Keberadaan politisi sejati sangatlah dinantikan. Rakyat sudah lama merindukan kehadirannya, mereka lelah menimang mimpi untuk memiliki pemimpin yang benar-benar abdi. Hanya semata-mata berjuang untuk umat dan Islam. Harus dipahami bahwa politik sesungguhnya tidak melulu soal kekuasaan. Namun, upaya mengurusi urusan umat dengan konsekuesi pertanggungjwaban bukan saja pada orang yang dipimpin, tetapi kepada Allah Swt. Tidaklah mudah bagi seorang muslim sebenarnya untuk mengikrarkan diri sebagai orang yang sanggup memikul amanah politik rakyatnya. Politisi sejati haruslah ideologis yang melihat seluruh persoalan dari sudut pandang Islam. Karena Islam itu sempurna, maka tidak ada yang alpa termasuk urusan politik. Bagaimana pemecahan permasalahan dalam pandangan Islam haruslah diketahui dan diterapkan tanpa kompromi. Bukan berdasarkan maslahat pada diri maupun kelompoknya, karena yang paling ditakutkan adalah azab Allah. Sesuatu yang sudah dinyatakan bertentangan dengan syariah yang sejatinya adalah perintah untuk dilaksanakan, maka tidak bisa dimusyawarahkan lagi. Sebagaimana kasus liberalisasi barang tambang dan kepemilikan publik lainnya yang sudah jelas dalilnya. Sehingga pihak manapun yang akan melakukan privatisasi, walaupun pemerintah maka harus dihentikan. Inilah sikap politik yang ideologis bersandarkan pada petunjuk aturan Islam, bukan pada yang lainnya. Ketika aturan Islam mengatakan bahwa itu tidak boleh yakinlah akan ada kemaslahatan bagi umat manusia. Bukanlah melihat manfaat sebagai tolak ukur yang sebenarnya sangatlah subjektif. Politisi sejati haruslah mampu meningkatkan kesadaran masyarakat, kesadaran terhadap Islam. Sehingga terbentuk hubungan timbal balik antara rakyat dan penguasa yang saling melengkapi. Penguasa berkewajiban menerapkan aturan Islam dan rakyat juga memiliki kewajiban untuk memperingatkan penguasa agar menerapkan dan tidak melenceng dari aturan tersebut. Kiranya menjadi pengingat tentang isi pidato Khalifah Abu Bakar ra saat pertama kali diangkat menjadi pemimpin: ‘Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah tegurlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. ‘Orang lemah’ diantara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. ‘Orang kuat’ diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku’. WalLahu a’lam bi ash-shawab.[] *PNS Aceh Barat Daya. Email: [email protected] /* */


{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar